Kamis, 11 Desember 2014

Curhat Seorang Profesor Institut Teknologi Bandung

Berikut ini adalah Curhat Seorang Profesor Institut Teknologi Bandung tentang pendidikan di Indonesia.

Kutipan diambil dari facebook

Anak Sekolah Indonesia

Pagi sampai sore belajar di sekolah. Sore sampai malam ikut bimbel. Malam hari mengerjakan PR. Besok pagi berangkat sekolah lagi. Siklus tersebut berputar tiap hari. Tiap waktu hanya bergelut dengan soal-soal. Kapan menikmati masa anak-anak? Kapan menikmati masa remaja? Padahal hidup tidak hanya untuk belajar. Hidup juga perlu santai, perlu bermain, perlu bersosialisai, perlu “nakal” (nakalnya anak-anak seperti Upin dan Ipin ).

Hak-hak sebagai anak-anak dan sebagai remaja direnggut oleh sistem pendidikan. Saat di belahan bumi lain anak-anak masih sempat ketawa menikmati masa anak-anak dan para remaja masih memiliki banyak waktu untuk menikmati masa remaja, yang hanya muncul sekali dalam hidup, di belahan bumi sini, anak-anak dan remaja selalu dihantui rasa was-was jika tidak berhasil mengerjakan soal.

Fenomena ini lebih terjadi di sekolah-sekolah favorit. Sekolah-sekolah yang katanya dipenuhi sisiswa-siswi pintar. Dan ini pun sulit saya mengerti. Kalau memang isinya siswa-siswi pintar maka harusnya mereka dengan gagah berani mengatakan “saya tidak perlu bimbingan belajar, karena saya sudah pintar”. Bimbingan belajar cukuplah untuk siswa-siswi kurang pintar dari sekolah kurang favotir.

Karena seluruh waktu hanya untuk menyelesaikan soal-soal dari buku-buku soal yang luar biasa tebal karena mengandung koleksi soal entah dari beberapa puluh tahun yang lalu, tidak ada lagi waktu untuk merenung tentang alam semesta dan tentang berbagai persoalan yang ada di sekitar. Tidak ada lagi waktu untuk mengamati berbagai persoalan di sekeliling, bertanya mengapa demikian dan memikirkan solusinya. Padahal bertanya dan memikirkan solusi adalah awal dari kreativitas dan inovasi. Akibatnya anak bangsa ini sangat miskin inovasi dan kreativitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar